Tugas 3 Upacara adat tabuik di kota pariaman




Oleh
Helmi Habibi Hermansyah
NPM : 12519791
Kelas : 1PA09
Jurusan : Psikologi
Fakultas : Psikologi





KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul “UPACARA ADAT TABUIK DI KOTA PARIAMAN” ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas dari Ibu Ratna Komala selaku  dosen Ilmu Budaya Dasar.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ratna Komala, selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan danwawasan kami terkait dengan materi yang akan kami bahas.
Penulis mengetahui betul bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran  sangat diharapkan penulis agar dapat lebih baik lagi pada kemudian hari.















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI  ………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN  ……………………………………………………………………1
1.1 LATAR BELAKANG  …………………………………………………………………....1
1.2 RUMUSAN MASALAH  ………………………………………………………………...1
1.3 TUJUAN PENULISAN  ……………………………………………………………….…1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………..…2
2.1 MAKNA UPACARA ADAT TABUIK ……………………………………………….…2
2.2 PROSES UPACARA TABUIK ………………………………………………………..…2
2.3 MAKNA DARI PROSES-PROSES UPACARA TABUIK ……………………………...5
BAB III PENUTUPAN ……………………………………………………………………….7
3.1 KESIMPULAN ………………………………………………………………………..….7
3.2 SARAN ………………………………………………………………………………...…7
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………...8











BAB I
PENDAHULUAN

1   
2   
3   
4   
1.1  LATAR BELAKANG
Tradisi adalah kebiasaan yang turun-menurun yang mencerminkan keberadapan para pendukungnya. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku baik dalam kehidupan bersifat duniawi maupun gaib serta kehidupan keagamaan. Tradisi adalah kebiasaan sosial yang diturunkan dari suatu generasi ke generasi lainnya melalui proses sosialisasi. Tradisi menentukan nilai-nilai dan moral masyarakat, karena tradisi merupakan aturan-aturan tentang hal apa yang benar dan hal apa yang salah menurut warga masyarakat.
Pembuatan dan pembinaan tabuik di Pariaman dikembangkan oleh Mak Sakarana dan Mak Sakaujana. Merekalah yang mempelopori Tabuik Pasar dan Tabuik Kampung Jawa. Tabuik Pasar melahirkan Tabuik Cimparuh, Bato, dan Karan Aur, sedangkan Tabuik Kampung Jawa melahirkan Tabuik Pauh, Jati, Sungai Rotan. Pada masa kolonial Belanda perayaan tabuik digalakkan sehingga tabuik yang tampil sampai 12 buah. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, tabuik masih rutin dilaksanakan. Hanya saja pada tahun 1969 sampai dengan 1980 perayaan tabuik terhenti, hal ini disebabkan situasi yang tidak memungkinkan untuk diadakan, disamping tidak adanya keinginan masyarakat untuk melaksanakan, karena adanya perkelahian masal yang menggangu ketentraman kota.
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa makna dari upacara Tabuik ?
2.      Bagaimana proses Upacara Tabuik ?
3.      Apa makna dari proses Upacara Tabuik ?
1.3  TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui bahwa ada upacara adat Tabuik yang berasal dari Kota Pariaman dan mengetahui makna dibalik upacara adat Tabuik.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Makna Upacara Adat Tabuik
Tabuik berasal dari bahas arab yang berarti keranda atau peti mati. Tabuik adalah tradisi budaya yang dilakukan oleh masyarakat Pariaman untuk memperingati meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW yaitu Hasan dan Husein di Padang Karbala. Kata Tabuik atau Tabot atau Tabut merujuk pada upaya yang dilakukan oleh kaum Syiah dulu untuk mengumpulkan potongan tubuh kedua cucu Rasulullah dan memakamkannya setelah terbunuh di Padang Karbala. Prosesi Festival Tabuik di Pariaman dilakukan setiap tahun mengikuti kalender Hijriah setiap bulan Muharram mulai tanggal 1 sampai puncaknya pada tanggal 10. Pada Tanggal 10 Muharram Tabuik diarak keliling Kota dan dibuang ke laut.
Tabuik sendiri berbentuk seperti kuda, memiliki sayap namun berkepala manusia. Konon bentuk ini adalah perwujudan Buraq yang dipercaya membawa tubuh Husein ke langit. Tabuik memiliki tinggi 12 meter dan pada saat pembuatannya dibuat dalam dua bagian. Bagian atas menyimbolkan beranda berbentuk menara yang dihias sedemikian rupa, sedangkan bagian bawah berbentuk Buraq.
Upacara Tabuik mewakili cerminan sikap dan pola hidup masyarakat Pariaman. Bahkan Tabuik dijadikan sebuah tradisi bagi masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan warga Pariaman. Kemudian, Tabuik dilaksanakan oleh Anak Nagari dalam bentuk Tabuik Budaya. Upacara Tabuik ini merupakan suatu simbol bentuk ekspresi rasa duka mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW yang tewas secara tidak wajar pada peperangan di Pada Karbala.
2.2  Proses Upacara Tabuik
 Pada pelaksanaanya Tabuik sendiri terbagi menjadi dua yakni Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Upacara Tabuik ini terdiri atas 3 bagian. diawali dengan pra Tabuik, proses pembuatan Tabuik, dan diakhiri dengan pembuangan Tabuik ka Lauik (pembuangan Tabuik ke laut).
1.      Pra Tabuik
Pra Tabuik adalah kegiatan pembentukan panitia dan musyawarah serta persiapan-persiapan dalam melakukan event ini. Sedangkan proses pembuatan Tabuik adalah kegiatan membuat Tabuik itu sendiri. Upacara Tabuik ini berlangsung kurang lebih selama 15 hari, dimulai dari tanggal 1 Muharam hingga puncak acaranya pada hari minggu yang mendekati 10 Muharam.
Kegiatan pra Tabuik berlangsung jauh sebelum tanggal 1 muharram. Kegiatannya seperti menngumpulkan pemangku adat dan pelaku tabuik, niniak mamak, tuo tabuik, anak tabuik, anak nigari dan pihak-pihak lainnya yang memiliki kapasitas dan kompetensi dalam penyelenggaraan event Tabuik. Pihak-pihak tersebut melakukan musyawarah terkait tahapan prosesi, masalah teknis, pengumpulan dana, hingga pembagian kerja. Hal ini diperlukan untuk menciptakan situasi dan suasana yang kondusif dalam penyelenggaranan tradisi Tabuik. Pelaksanaan Tabuik sudah diserahkan ke Pemerintah Kota Pariaman dengan melibatkan pemangku adat dan pelaku Tabuik.
2.      Pembuatan Tabuik
Pada pembuatan Tabuik yang dimulai tanggal 1 Muharram diawali dengan maambiak tanah (mengambil tanah), manabang batang pisang (menebang batang pisang), maatam (ekspresi kesedihan), maarak jari-jari (mengarak jari-jari), maarak sorban (mengarak sorban), Tabuik naik pangkek (Tabuik naik pangkat). Rincian pelaksanaannya sebagai berikut :
a.       Maambiak Tanah
Maambiak Tanah merupakan prosesi ritual pengambilan segumpal tanah ke sungai yang dilakukan pada tanggal 1 Muharram. Prosesi ini dilakukan bersamaan oleh Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Pengambilan dilakukan pada sungai yang berbeda. Tabuik Pasa mengambil tanah di sungai kecil di Galombang, sedangkan Tabuik Subarang mengambil tanah di sungai batang piaman di daerah Pauh. Sebelum melakukan prosesi ini kedua kelompok Tabuik terlebih dahulu membuat daraga. Daraga adalah sebuah tempat yang dilingkari dengan pagar bambu berbentuk segi empat yang memiliki luas kurang lebih 5 meter, dikelilingi kain putih. Daraga ini diibaratkan seperti makam. Prosesi maambiak tanah diiringi dengan gandang tansa. Iring-iringan berjalan kaki dari daraga ke lokasi pengambilan tanah yang dimulai dengan do’a bersama. Pengambilan tanah dilakukan oleh Tuo Tabuik dengan menggunakan kain putih, waktu pengambilan adalah sebelum shalat maghrib. Tanah yang diambil kemudian diletak kan di belanga dan ditutup kain putih, kemudian diletakkan dalam daraga.
b.      Manabang Batang Pisang
Manabang batang pisang merupakan prosesi memancung beberapa batang pisang yang kemudian batang pisang tersebut diletakkan dalam daraga. Pelaksanaan prosesi ini dilakukan bersamaan oleh kelompok Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Biasanya prosesi ini diakhiri perseteruan (bacakak/berkelahi) antar kedua kelompok Tabuik, perseteruan terjadi ketika kedua kelompok ini berselisih jalan dan masing-masing masih diiringi gandang tansa. Lokasi penebangan batang pisang ini juga berbeda antar kedua kelompok Tabuik, pelaksanaan dilakukan sebelum shalat maghrib. Batang pisang harus putus dalam satu kali tebasan. Prosesi ini dilakukan pada tanggal 5 Muharram.
c.       Maatam
Prosesi dilakukan pada tanggal 7 Muharram setelah shalat dzuhur oleh keturunan Rumah Tabuik yang perempuan. Pada prosesi maatam, keturunan Rumah Tabuik yang melakukan prosesi ini memiliki pantangan selama prosesi Tabuik, apabila dilanggar maka akan ada kejadian-kejadian yang tidak diharap kan terjadi pada Rumah Tabuik dan keturunannya.
d.      Maarak Jari-Jari
Maarak jari-jari dilakukan pada hari yang saman dengan maatam yakni tanggal 7 Muharram sebagai kelanjutan acara maatam. Maatam dapat diartikan sebagai kegiatan arak-rakan yang dilakukan oleh kelompok Tabuik Prosesi dilakukan oleh kedua kelompok Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang dengan mengambil lokasi di daerah sendiri dan daerah kelompok Tabuik lainnya. Kegiatan arak-arakan dilakukan dengan membawa panja, yakni sebuah kubah yang terbuat dari kertas kaca dan bambu serta diberikan lilin, kertas tersebut berisikan gambar tangan dengan jari-jari yang putus.
e.       Maarak Saroban
Ritual Maarak saroban atau mengarak sorban (turban) berlangsung tanggal 9 Muharram. Ritual dilaksanakan pada malam hari tepatnya setelah shalat maghrib. Kegiatan arak-arakan juga diiringi oleh musik gandang tansa, tidak jarang pada saat arak-arakan terjadi perselisihan antara kelopok Tabuik Pasa dangan Tabuik Subarang.
f.        Tabuik Naiak Pangkek
Tabuik naiak pangkek adalah prosesi penggabungan pangkek bawah (tabuik bagian bawah) dengan pangkek ateh (tabuik bagian ateh). Idealnya sesuai dengan nilai-nilai sakral prosesi tabuik itu sendiri ritual ini berlangsung pada tanggal 10 Muhharam. Setelah tabuik naiak pangkek maka selanjutnya adalah mengarak tabuik-tabuik tersebut. Tabuik tersebut ada dua kelompok, yakni tabuik berkepala wanita dan tabuik berkepala pria.
3.      Pembuangan Tabuik ke Laut.
Bagian terakhir dari prosesi adat ini adalah pembuangan tabuik ke laut. Sebelum ritual ini berlangsung,sebelumnya dilakukan pengarakan Tabuik tersebut yang diarak keliling Nagari atau keliling kampong oleh Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Arakarakan ini juga dikenal dengan istilah hoyak tabuik. Hoyak Tabuik merupakan sajian atraksi dari tabuik itu sendiri, seperi merebahkan, memutar, menggoyahkan, melarikan. Hoyak tabuik diiingi dengan gandang tansa dengan menyebut kata-kata hoyak¸hosen, dan sosoh. Seruan tersebut dilakukan berulang-ulang sambil melakukan atraksi hoyak tabuik. Arak-akan ini akan berhenti di pantai gondoriah karena disanalah tabuik kan dibuang. Tabuik dibuang ke laut sesaat sebelum terbenamnya matahari. Saat Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang dibuang ke laut, terjadi perebutan dari tabuik itu sendiri oleh warga sekitar. Warga berebut mengambil potong-potongan tabuik untuk dibawa pulang. Potongan tabuik tersebut dipercaya bisa dijadikan pelaris dalam berdagang.
2.3  Makna dari Proses-Proses Upacara Tabuik.
Setiap proses proses dari upacara tabuik ini memiliki makna-makna tersendiri. Makna dari proses proses tersebut adalah :
1.      Pra Tabuik
Pra Tabuik tidak memiliki makna khusus karena pra tabuik merupakan proses pembentukan panitia dan musyawarah serta persiapan-persiapan dalam melakukan tabuik.
2.      Pembuatan Tabuik
Pada proses pembuatan tabuik, memiliki berbagai tahap yang memiliki maknanya tersendiri. Tahap-tahap tersebut dibagi menjadi :
a.       Maambiak Tanah
Maambiak tanah merupakan prosesi ritual pengambilan tanah ke sungai yang dilakukan pada 1 Muharram. Pengambilan tanah ini bermakna sebagai menggambarkan pengambilan mayat Husein di sungai Eufrat di Karbala.
b.      Manabang Batang Pisang.
Manabang batang pisang merupakan prosesi memotong beberapa batang pisang yang kemudian batang pisang tersebut diletakkan dalam draga. Menurut Muchtar (2016), penebangan batang pisang diibaratkan presentasi simbolik tentara Yazid yang merampas harta keluarga Husain. Pada pelaksanaannya perseteruan antar kedua kelompok Tabuik inilah yang dinanti oleh anak tabuik. ini bermakna sebagai representasi simbolik perang Karbala.
c.       Maatam.
Maatam adalah prosesi yang menggambarkan kesedihan atas penderitaan yang dialami Husain pada saat perang Karbala. maatam ini memiliki makna meratapi kepergian orang yang telah meninggal.
d.      Maarak Jari-Jari.
Maarak jari-jari dilakukan pada hari yang saman dengan maatam yakni tanggal 7 Muharram sebagai kelanjutan acara maatam. maarak jari-jari ini melambangkan jari-jari Husain yang dipotong oleh musuh.
e.       Maarak Saroban.
Ritual Maarak saroban atau mengarak sorban (turban) berlangsung tanggal 9 Muharram. Ritual ini memiliki makna mendorong semangat membela kebenaran, pesan yang disampaikan adalah agar menggunakan
logika rasional dalam bertindak.
f.        Tabuik Naiak Pangkek
Tabuik naiak pangkek adalah prosesi penggabungan pangkek bawah (tabuik bagian bawah) dengan pangkek ateh (tabuik bagian ateh). Tabuik Naiak Pangkek sendiri memiliki makna persatuan.
3.      Pembuangan Tabuik ke Laut.
Bagian terakhir dari prosesi adat ini adalah pembuangan tabuik ke laut. Tabuik dibuang ke laut sesaat sebelum terbenamnya matahari. Saat Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang dibuang ke laut, terjadi perebutan dari tabuik itu sendirin oleh warga sekitar. Warga berebut mengambil potong-potongan tabuik untuk dibawa pulang. Potongan tabuik tersebut dipercaya bisa dijadikan pelaris dalam berdagang. Disini telah terjadi pergesearan makna, makna yang sebnarnya adalah membuang permasalahan, tetapi yang dimaknai oleh masyarakat adalah terdapat undur syirik, yakni mempercayai potongan tabuik sebgai pelaris jualan.


BAB III
PENUTUPAN
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Proses desakralisasi terjadi akibat adanya tantangan zaman tabuik berkembang sesuai dengan ideologi nya. Pelaksanaan tabuik sudah jauh bergeser, namun masih tetap dipertahankan sebagai tradisi budaya  masyarakat Pariaman.
3.2  Saran
Dengan telah dibuatnya makalah yang berjudul Upacara Adat Tabuik di kota Pariaman semoga dapat bermanfaat bagi kami khususnya selaku penyusun dan para pembaca umumnya.























DAFTAR PUSTAKA






























Komentar

Postingan Populer